TERKINI

Perdebatan Soal Subsidi dan Kritik Terhadap Kolaborasi Borjuis


Artikel ini diangkat dari debat di facebook berkaitan dengan Pencabutan subsidi BBM yang oleh Jokowi dalam situs kompas setuju menaikkan harga BBM jika dia menjadi presiden ke 7  
Ilyas Hussein berbagi tautan.nanti.

inilah artikel yang terbit di kompas tersebut:
------------------------------------------------------------------------------

Jokowi Akan Menaikkan Harga BBM jika Terpilih        Jadi Presiden

Subsidi BBM dan Borjuis

JAKARTA, KOMPAS.com — Calon presiden Joko Widodo mengisyaratkan akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) apabila nanti terpilih menjadi presiden. Jokowi merasa memiliki keberanian untuk mengambil kebijakan yang selalu menimbulkan gejolak sosial, ekonomi, dan politik tersebut. 
"Ini masalah efisiensi karena ada banyak kepentingan. Kenapa saya punya keberanian (menaikkan BBM)? Itu karena saya tidak tersandera kepentingan-kepentingan. Saya ini orang baru, orang baru," kata Jokowi dalam konferensi pers setelah acara pemaparan platform ekonomi Jokowi-JK di Jakarta, Rabu (4/6/2014). 
Jokowi menganggap subsidi BBM saat ini sangat memberatkan APBN. Mantan Wali Kota Solo itu mengusulkan agar subsidi BBM dialihkan ke program-program yang padat karya seperti subsidi pupuk untuk petani.
Jokowi juga menjelaskan, kenyataannya, subsidi BBM saat ini justru tidak dinikmati oleh masyarakat yang tidak mampu. Menurut dia, subsidi malah mengalir ke tangki-tangki mobil mewah orang-orang berduit. 
"Subsidi kita saat ini dinikmati bukan oleh masyarakat tidak mampu. Lebih baik alihkan ke pangan, subsidi pupuk untuk petani," katanya. 
Dalam pemaparan visi-misi ekonominya, Jokowi bahkan menyinggung masalah ketergantungan masyarakat terhadap BBM. Menurut dia, menaikkan harga BBM bukanlah hal yang sulit. Dia meyakinkan peserta yang hadir untuk berpikir tidak rumit mengenai masalah tersebut. 
"Kita saat ini masih sangat ketergantungan BBM. Jangan anggap ini susah. Anggap ini gampang, jangan berpikir ini susah. Ini gampang," tandasnya, disambut tepuk tangan peserta konferensi pers.
-----------------------------------------------------------------------------------------

Ilyas Hussein: Gk ada beda toh ternyata dengan si Bowow, si Jokowow ini yang menganggap subsidi adalah beban negara. Antek modal sama antek modal bertarung, rakyat (mau?) mati di tengah2xnya?

Roviani Rasidi: trus adakah pilihan lain? dari setiap presiden berganti itu terus terjadi.

Abu Ammar Alwaini: Pilihan lain ada yakni bersatunya rakyat indonesia dan bangun kesadaran politiknya agar tidak memihak kepada para kapitalis dan elite borjuasinya sehingga merdeka 100%

Sudiyatma: dn prabowo mnaikkan TDL. jawAban atas itu Paparkan Komite Politik Alternatif

Ilyas Hussein: Roviani Rasidi,hal itu membuktikan pergantian tokoh nasional bukanlah solusi kesejahteraan rakyat. Problem sebenarnya ada di sistem yang dianut Indonesia yang eksploitatif itu. Selama 'tokoh' itu adalah penganut dan antek sistem itu maka tak akan ada perubahan yang mendasar. Pondasi negeri ini sudah hancur. Solusi hanyalah seperti yang secara singkat digambarkan oleh Abu Ammar Alwaini dan point2 yang lebih detail nya seperti yang disampaikan Sudiyatma.

Marulloh Al-Abdillah Mahmudah: ada lagi Om nih. wkwkwkwkwk http://m.voa-islam.com/.../kasihan-rakyat-ditipujokowi.../ https://www.facebook.com/189344087838616/photos/a.189364361169922.32569.189344087838616/522638864509135/?type=1&theater

Ken Ndaru: Sudah saatnya kita tanya pada diri sendiri: kalau kita yang berkuasa, kita akan pertahankan subsidi BBM gak? Kalau gua sih, subsidi BBM memang musti dihapus, uangnya dipakai untuk bangun transportasi publik dan subsidi pembangkit energi tenaga terbarukan (seperti tenaga angin, surya atau biogas). Yang kita perlu lawan adalah kalau subsidi BBM dihapus untuk kepentingan mensubsidi harga mobil pribadi, atau untuk bangun jalan tol, atau untuk bayar hutang LN.

Abu Ammar Alwaini Roviani Rasidi: http://komitepolitikalternatif.blogspot.com/.../release...

Kokom Neh: Mau dong sy daftar ke partai alternatif

Lily: ya udahlah naikin aja, rakyat biasa kok makan nasi jagung. selama presidennya bisa makan nasi dari beras nomor 1

Anies Gandhi Vyatranto: Setuju subsidi BBM dihapus! Klo subsidi BBM, buat pom khusus angkot di terminal. Itupun masih rentan manipulasi. Jadi ya mending dihapus saja.

Bagloverz Caroline: Subsidi bbm hrs dihapus. Yg bnyk untung dr subsidi bbm itu ya pengusaha sama kalangan menengah ngehe... (yg pny mobil diatas 2biji drmh dan hrg diatas 200jt tp minta subsidi) bukan rakyat kecil. Alihkan subsidi itu untuk menambah anggaran pendidikan dan kesehatan buat rakyat. Dan untuk buat transportasi bagus.

Ilyas Hussein: Ya kl masalah subsidi ini DIPISAHKAN dari praktek ala permerintah borjuasi dimana kuasa atas tambang saja diliberalisasikan dan tidak lagi dalam penguasaan negara ya wajar kl menganggap subsidi BBM ini adalah beban APBN. Nah kl misalnya kawan Ken Ndaru menang dan berkuasa tapi mengulang lagi caranya seperti pemerintahan borjuasi ini, ya jangankan subsidi BBM, semua subsidi apapun yang menjadi tanggung jawab negara pada rakyatnya akan menjadi beban. Pencabutan subsidi ini kan cara penerapan liberalisasi di Indonesia.

Ilyas Hussein: Marulloh Al-Abdillah Mahmudah, gw mau tanya aja. Memang ada iklan yang jujur yak? Jadi aneh menurut gw, lo uploadkan iklan jokowow itu, memang iklan prabowow jujur? Sama aja kan bohongnya? Btw VOA-Islam menurut gw beritanya kebanyakan subyektifnya.

Ken Ndaru: aku gak ngerti arah jawabanmu, kawan Ilyas. apakah kamu mau bilang bahwa semua pencabutan subsidi adalah neoliberal? atau kamu mau bilang kalau subsidi itu sosialistik? bukankah subsidi adalah kebijakan Negara Kesejahteraan, sebuah konsep yang dilahirkan oleh Keynes yang liberal?

subsidi adalah beban bagi negara, karena kita tahu uang subsidi dipakai membayarkan selisih harga pasar dengan harga konsumen pada perusahaan kapitalis. buatku, subsidi tetap penting, karena itu adalah mekanisme moneter untuk mengendalikan sektor ekonomi apa yang akan berjalan paling pesat. dan, karenanya, subsidi BBM harus dialihkan pada subsidi bagi teknologi pembangkitan energi yang lebih murah, tidak mencemari lingkungan dan bisa langsung diakses rakyat. kendaraan tenaga surya, misalnya, atau biogas yang dapat diproduksi sendiri di wilayah2 pertanian.

memang kita harus tanya pada diri sendiri, mana yang lebih sosialis: membayari perusahaan kapitalis agar mau menjual produknya di bawah harga pasar, atau membayari rakyat agar mau menggunakan sumber energi alternatif?

Lily: Ini pemikiran awam ya...klo dicabut subsidi BBM berpengaruh ke harga jual kebutuhan pokok (dari petani ke pasar butuh transport toh), nelayan ke laut butuh bbm juga. Jd memutuskan sesuatu jgn dilihat dari jkt aja, coba liat ke pelosok" diluar pulau jawa yg juga membutuhkan BBM

Oni Sunoto: Do, mending 5 tahun lagi loe ikutan nyapres. Soalnya setiap pilpres ga pernah ada yg nyangkut dari pilihan yang ada... hueheuhe...

Ken Ndaru: Benar, SAAT INI, kalau subsidi BBM dicabut semena2, tentu harga kebutuhan pokok akan melambung. Tapi ada sebabnya. Sebabnya adalah karena TRANSPORTASI, dari daerah penghasil ke daerah konsumen, dari desa ke kota, semua masih mengandalkan sarana PRIVAT. Uang yang dihemat pemerintah dari pencabutan subsidi tidak digunakan untuk membangun transportasi publik, terutama yang massal dan hemat BBM/menggunakan energi alternatif; melainkan dipakai untuk subsidi mobil pribadi dan jalan tol dan bayar hutang LN.

Mulai dari sekarang kita harus siapkan skema transportasi publik dan energi alternatif, serta skema moratorium pembayaran hutang LN.

Ilyas Hussein: Kita bicara di kondisi obyektifnya saja kawan Ken Ndaru. Apakah sektor tambang misalnya tidak mengalami proses liberalisasi oleh negara? Apakah energi alternatif itu memang serius dibangun oleh negara? Perkebunan kelapa sawit misalnya dimana minyaknya bisa dijadikan sumber alternatif saja banyak dikuasai corporasi? Dan banyak contoh sebenarnya. Apakah bisa dipercaya alsan negara yang ttg pencabutan subsidi tersebut? Atau masihkan dipercaya keseriusan dalam membangun teknologi alternatif? Dan masihkan juga mempercayai bahwa akses rakyat akan sumber energi tambah dipermudah? Artinya apa akan semua? Pencabutan subsidi itu hanya akal2xlan negara sajakan? Dan saya tanya kembali, apa menurut kawan Ken kebijakan pemerintah mencabut subsidi BBM dengan alasannya itu berarti negara akan menjalankan program sosialis?

Ken Ndaru: Argumenmu berputar2, kawan Ilyas. Yang perlu kita perhatikan adalah jangan sampai pada saat kita berkuasa, kita ternyata menjalankan kebijakan yang kita lawan pada saat belum berkuasa. Makanya, menurutku, mulai sekarang kita musti hati2 dalam membangun slogan. Kita bisa saja, misalnya, menolak pencabutan subsidi BBM jika uangnya digunakan untuk membayar hutang LN, menuntut pembentukan Komisi Transportasi Publik atau Komisi Energi Alternatif sebagai sarana penyaluran uang hasil penghematan dari pencabutan subsidi BBM. Jika itu dibikin, dan dibuka kontrol rakyat terhadap komisi2 itu, tentu kita boleh dukung pencabutan subsidi. Jika tidak, kita punya alasan kuat dan konsisten untuk menolaknya.

Ted Sprague: Sedihnya pemandangan ini, karena pendukungan pada Jokowinya tidak berprinsip, Ken Ndaru pun akhirnya harus membela kenaikan BBM, kendati dengan berkelit-kelit.

Mestinya kalau memang ingin membuka ruang politik lewat populisme Jokowi, maka hal yang harus dilakukan adalah mengkritik Jokowi mengenai keinginannya untuk menaikkan BBM (juga untuk menaikkan anggaran militer dan polisi 3 kali lipat, dll.)

Kita tahu reformisme borjuis pada akhirnya akan selalu gagal, bahwa populisme pasti akan selalu gagal karena masih berada di dalam kerangka kapitalisme. Kalau tujuannya adalah menyadarkan selapisan rakyat yang masih terilusi Jokowi, dengan cara melakukan semacam kerja "entrisme" ke kubu pendukung Jokowi, maka hal paling tepat yang harus dilakukan adalah mengkritik kebijakan2 Jokowi yang keliru. Tujuannya adalah nanti kalau rakyat pekerja sudah tidak lagi percaya pada Jokowi (yang niscaya terjadi), maka akan ada orang-orang yang bisa melihat ke PRP dan mengatakan: "Bener tuch anak2 PRP, kritik mereka tepat dulu!"

Ini tentu dengan asumsi bahwa Jokowi mewakili tekanan massa yang sedang bergerak ke arah revolusi, kendati dengan berbagai kekeliruan (seperti Chavez dulu). Tetapi setiap harinya semakin terbukti bahwa ruang politik yang ada tidaklah akan dapat diraih oleh Kiri lewat mendukung Jokowi, entah dengan alasan bahaya militerisme (karena toh dia telah berjanji menaikkan anggaran militer dan polisi 3 kali lipat) atau bahaya fasisme (yang tidak ada).

Ken Ndaru: Trotsky adalah satu2nya tokoh yg sadar bahayanya fasisme. Sedih juga sebenarnya lihat mereka yang mengaku penganut Trotsky malah pangku tangan lihat bangkitnya kekuatan fasisme.

Jeffri Siahaan: Pernah keliling kalimantan melalui darat. Sepanjang, gw jalan mayoritas melalui perkebunan atau pertambangan. Umumnya desa & kampungnya masih 10-20 km dari jalan tersebut. Apakah jalan yg begini, apakah harus pelabuhan besar atau jalan tol laut sebagai pengalihan subsidi? Apalagi dg jargon pembangunan infrastruktur utk peningkatan ekonomi kerakyatan...

Ted Sprague: Nah, betul Ndaru kalau Trotsky adalah satu-satunya yang menganalisa bahaya fasisme. Sudahkah dibaca tulisannya?
https://www.marxists.org/.../trotsky/works/1944/1944-fas.htm

Ted Sprague: Bahasa Indonesianya juga sudah ada. Kalau Ken Ndaru bisa menganalisa mengenai apa yang disebut bahaya fasisme di Indonesia, dengan analisa kelas dan Marxis (sesuai dengan apa yang juga dianalisa oleh Trotsky, tetapi kalau tidak setuju dengan Trotsky bisa dengan metode Marxis lain, kalau ada yah), saya tunggu.

Ted Sprague: http://www.marxists.org/.../archive/trotsky/1944-Fasisme.htm

Ken Ndaru: Sudah. Ada dua lapis jawabanku.

1. Aku tidak lagi gemar main kutip, atau hanya melihat satu tulisan sebagai perwakilan penuh dari perkembangan pemikiran seseorang. Kalau mau melihat pemikiran Trotsky tentang fasisme, kudu tengok ke belakang, sejak tahun 1930an. Tahun 1930-an, Trotsky rajin sekali menulis tentang fasisme. Dan salah satu yang terpenting adalah ini: The United Front for Defense http://marxists.org/archive/trotsky/germany/1933/330223.htm.

Dalam tulisan ini, jelas Trotsky menyerukan front untuk menghadang fasisme. "pertarungan mati-matian di mana Sosial Demokrat dan Komunis berebut kepemimpinan atas kelas pekerja sama sekali tidak boleh mencegah mereka untuk merapat ketika ancaman pukulan keras menghantam seluruh kelas pekerja." (Bagian IV)

2. Bagian terpenting dari pamflet Trotsky di tahun 1944 itu adalah ini: "Gerakan fasis di Italia adalah sebuah gerakan spontanitas massa yang masif, dengan para pemimpin baru yang berasal dari rakyat biasa. Gerakan fasis Italia berasal dari gerakan plebian (catatan: plebian berarti berasal dari rakyat biasa), disetir dan dibiayai oleh kekuatan borjuis besar. Fasisme berkembang dari kaum borjuis kecil, kaum lumpenproletar, bahkan pada tingkatan tertentu dari massa proletar..." (Pembukaan)

Dan definisi ini terpenuhi pada koalisi yang sekarang berada di bawah ketiak Prabowo lewat FPI (dan organisasi sejenisnya) serta PKS (yang berpengaruh terutama di serikat2 buruh yang sekarang membelot ke Prabowo). Definisi ini juga terpenuhi dengan bergeraknya intelijen Indonesia untuk menggalang dukungan pada jenderalnya--sebagaimana kita ketahui, Hitler adalah perwira intelijen yang disusupkan ke partai Nazi, dan kemudian merebut gerakan massa itu untuk keperluan ideologi militeristiknya. Pengaruh Prabowo pada para perwira intelijen, sampai hari ini dapat dilihat dalam tulisan Made Tony di Indo Progress.

Sekarang, silakan buktikan kalau Prabowo itu "kapitalis biasa2 saja yang sama saja dengan Jokowi, dan sama sekali bukan fasis". Kalau bisa melakukan itu, aku akan ubah posisi politikku.

Badai Selatan: Wooowwww...akhirnya pembelaan terhadap pencabutan subsidi BBM dari kelompok kiri pendukung Jokowi muncul juga....
Kalau saya sih yang masih newbie neh ya....subsidi saat ini ialah bentuk tanggung jawab sosial negara....mengapa subsidi masih perlu diberikan saya pikir tak perlu dijawab lah ya pasti bung tau....apakah isu penolakan pencabutan subsidi berlawanan ketika nanti misalnya kiri berkuasa??saya pikir tidak.....subsidi diberikan untuk menekan harga jual BBM, dan subsidi akan dicabut jika negara sudah dapat memastikan ada mekanisme lain entah itu pembaruan energi atau lain2 dapat dilakukan yang berefek tetap pada terjaganya dan teraksesnya harga BBM/energi oleh rakyat.....
Jadi jangan dibolak-balik.....setuju dengan pencabutan subsidi namun belum adanya pembaruan energi sama saja menyuruh rakyat bersabar untuk hidup lebih tercekik sambil menunggu energi terbarui ada....

Ken Ndaru: Pertanyaan: jika subsidi BBM tidak dicabut, harga bensin tetap terjangkau, apakah orang akan lebih suka naik motor atau akan rela mengantri di angkutan umum? Tentu saja, pencabutan subsidi BBM harus dilakukan bertahap, hanya saja jelas peruntukannya yakni untuk membangun transportasi publik. Hati2 menjanjikan jaman gemah-ripah loh jinawi jika kelas pekerja berkuasa. Kita akan mengalami transisi yang berat. Akan ada banyak upaya sabotase dan blokade ekonomi. Jika rakyat pekerja tidak sejak awal diberi tahu bahwa kemenangan (baik dalam pemilu ataupun insureksi) tidak berarti bisa langsung memetik buah manis, akan banyak kekecewaan dan rasa dikhianati justru setelah menang.

Mulai sekarang rakyat pekerja (terutama para pemimpinnya) harus mulai berkenalan dengan realitas kekuasaan, politik anggaran, kesetimbangan kekuatan regional, dll. Dan, terutama, harus mulai dari sekarang memasukkan unsur lingkungan hidup dan emansipasi perempuan dalam tiap pertimbangan politik. Kedua faktor yang disebut belakangan ini biaya politik, biaya finansial dan biaya sosialnya sangat tinggi. Dari mana kita akan mendapat sumberdaya untuk menanggung semua biaya material dan non-material ini? Jangan sampai demi tujuan jangka pendek, kita mengorbankan pondasi jangka panjang dari kekuasaan rakyat pekerja.
Kemarin jam 0:32 · Suka

Badai Selatan: Sangat paham saya mengenai masa transisi yang sangat begitu berat, penuh sabotase, kekacauan yang ditimbulkan oleh kaum rekasioner....tepat pula jika kelas pekerja mulai saat ini diberi pemahaman bahwa kemenangan tak akan mudah diraih dan penuh dengan pengorbanan....
Lalu apakah pembiayaan sosial kebutuhan rakyat harus diraih dengan pencabutan subsidi sebagai satu2nya sumber anggaran??jika pencabutan subsidi menjadi satu2nya logika sumber anggaran maka apa bedanya dengan argumetasi JK, Apindo, Kadin, Prabowo, bahkan Jokowi dll dari dulu hingga saat ini??....
Saya masih ingat dengan selebaran dan propaganda yang kawan2 buat dulu mengenai sita harta koruptor, nasionalisasi aset vital, industrialisasi nasional....apakah masih belum cukup??atau memang sudah letih karena terlalu lama perjuangan "kiri" namun tidak berbuah hasil seperti tulisan yang bung buat....

Ken Ndaru: Pencabutan subsidi BBM bukan sekedar untuk mencari sumber pembiayaan, tapi lebih ditujukan sebagai dis-insentif agar rakyat tidak lagi menggunakan kendaraan pribadi; serta untuk menekan penggunaan BBM sebesar mungkin, terkait dengan pemanasan global. Seperti yang aku bilang, ada syarat bagi pencabutan subsidi BBM ini. Jika pencabutan itu tidak digunakan untuk pembangunan transportasi publik dan subsidi energi alternatif, tentu pencabutan subsidi harus ditolak.

Di samping itu, ada lebih banyak program yang akan butuh uang segera, terutama sekolah dan pelayanan kesehatan gratis, peningkatan kesejahteraan tentara rendahan, serta penguatan Angkatan Laut dan Udara. Penyitaan harta koruptor dll itu niscaya akan lari ke sana.

Ilyas Hussein: Kawan Ken seperti apa sih memaknai subsidi itu sebenarnya? Bukankan subsidi salah satu bentuk hadirnya negara dalam memberikan akses yang mudah terhadap hal yang menjadi hak rakyat? Apakah pemberian subsidi kepada rakyat itu hanya punyanya keynesian? Alasan sebenarnya pencabutan subsidi sprt yang digaungkan DUO WOW bukankah sama saja dengan kekuasaan borjuasi sebelumnya yaitu sebagai konsequensi ketertundukan pada liberalisasi. Bukankah oleh penganut paham liberal adanya peran negara dianggap penghambat arus modal? Dan sepakat sama kawan Badai Selatan, apakah pencabutan subsidi sebagai satu2xnya sumber anggaran untuk membiayai kebutuhan rakyat yang lain? Makanya saya sebutkan di jawaban seblumnya yang dianggap membingungkan dan berputar2x itu yaitu kembali lihat kondisi obyektifnya. Apakah negara saat ini masih berkuasa atas sumber kekayaan yang menjadi hak rakyat? Dan dalam realita pahit ini bukan berarti pula perjuangan rakyat pekerja di split menjadi perjuagan dengan berkolaborasi kelas. Sehingga merubah yang tadinya lawan menjadi kawan dengan mengaminkan logikanya pemerintahan borjuasi, salah satunya soal pencabutan subsidi. Jangan2x MP3EI diaminkan juga sebagai upaya mensejahterakan rakyat oleh kelompok yang sudah berkiblat ke borjuasi. Sebagai tambahan sejarah Indonesia mencatat kaum yang perjuangannya selalu melakukan kolaborasi dengan kelas adalah penganut Sosdem dan yang satunya garis Stalinist.

Ken Ndaru: Apa sebenarnya hak rakyat? Apakah mendapat BBM murah adalah hak rakyat? Menurutku TIDAK. Hak rakyat adalah mendapatkan kedaulatan energi. Dan, selama masih mengandalkan BBM, tidak akan tercapai itu kedaulatan energi. Hanya dengan bentuk2 energi yang bisa diakses langsung oleh rakyat, seperti tenaga matahari, angin, biogas, dll, kedaulatan itu bisa tercapai.

Juga, pernahkah mencoba menghitung: berapa yang akan kita butuhkan untuk menjamin pendidikan dan layanan kesehatan gratis yang bermutu? Cobalah dulu dihitung. Hitung pula berapa yang kita butuh untuk menambah armada kapal tempur, meningkatkan kekuatan AL kita; serta pesawat tempur untuk AU. Kita akan butuh cepat memenuhi kebutuhan itu. Dan proses untuk merebut kembali uang hasil korupsi, serta proses nasionalisasi itu jangka waktunya lama. Bahkan uang korupsi Marcos pun masih belum balik sampai sekarang walau sudah ada keputusan pengadilan tentang keharusan uang itu dikembalikan pada rakyat Filipina.

(Kenapa harus beli kapal laut dan pesawat tempur.... kita diskusi di luar FB saja...)

Aku mengatakan argumenmu berputar2 karena kamu tidak menawarkan konsep apapun selain konsepsi liberalnya Keynes itu: pertahankan subsidi. Yang berarti memperkuat negara. Padahal konsepsi dasar kita adalah membuat negara semakin lama semakin tidak relevan selain sebagai petugas administrasi. Aku sudah ajukan berkali2 konsepsiku, ulang lagi, ulang lagi. Sekarang aku minta konsepsimu. Bukan argumen berputar2, menuduh aku berkolaborasi kelas segala, tapi tak satu kalipun mengungkap apa skema yang kamu pikir bisa menggantikan peran Negara Keynesian yang kamu puja2 itu.
Kemarin jam 1:50 · Suka

Badai Selatan: Loh sekarang pencabutan subsidi BBM sebagai dis-insentif agar rakyat beralih ke transportasi umum dan tidak lagi menggunakan kendaraan pribadi....1.agar rakyat tidak menggunakan lagi kendaraan pribadi lebih tepat ditujukan kepada kelas menengah ke atas dimana mereka menumpuk mobil2 mereka dalam garasi rumahnya....rakyat miskin memilih menggunakan motor karena lebih efisien secara waktu (karena macet disebabkan volume kendaraan pribadi/mobil yang tak dapat ditampung luas jalan) dan juga secara ekonomis....apakah dengan naiknya harga BBM mampu membuat kelas borjuasi rela ikut nimbrung naek transportasi massal??jadi ga bisa bung asal tebas semua pemilik kendaraan dengan kebijakan penghapusan subsidi BBM....subsidi BBM dihapus...harga BBM naik dan diikuti dengan harga lainnya....bukankah itu mengorbankan lagi dan lagi rakyat kecil??
2.Konteks saat ini logika yang dibangun pemerintah mengenai pencabutan subsidi hanyalah soal membebani apbn negara....dan memang membebani kalau rakyat hanya diposisikan sebagai konsumen....
Posisi inilah seharusnya yang membedakan antara borjuasi dengan gerakan.....bukan malah membabi buta menutup mata realitas politik sehingga dukungan kritis kawan-kawan benar2 menjadi "kritis" hingga layak masuk ICU....
Kemarin jam 2:01 · Telah disunting · Suka

Ken Ndaru: Dis-insentif juga berfungsi bagi rakyat pekerja. Terutama bagi rakyat pekerja. Agar meninggalkan motor mereka di rumah dan naik transportasi publik. Kelas borjuasi mau ikut naik transportasi publik atau enggak, aku gak urus.

Aku minta konsepsimu tentang apa yang membedakan borjuasi dan gerakan dalam hal subsidi BBM. Aku sudah tulis ulang2 di atas tentang konsepsiku. Mana konsepsimu. Kalau punya, tulislah... biar kita adu konsep. Kalau tidak punya, dan hanya mengandal konsepsi Keynesian yang liberal, ya mengaku sajalah.

Badai Selatan: Dis-insentif yang bung jelaskan tidak menjawab alasan buruh mengapa mereka lebih memilih motor saat ini.....
Subsidi hanya milik keynesian toh??dangkal sekali berarti pemahaman ku selama ini.....
Diatas sudah kutulis bahwa bagiku subsidi ialah bentuk tanggung jawab sosial negara terhadap rakyatnya....aku pun tak menolak ide2 cemerlang bung soal energi alternatif dan kedaulatan rakyat atas energi....
Apakah keynesian selain memberikan subsidi juga memberikan kesejahteraan pada buruh??apakah keynesian selain memberikan subsidi juga memberikan kedaulatan politik pada rakyatnya??....
Bung bilang akan menghilangkan relevansi negara selain sebagai petugas administrasi....saya sepakat sekali itu....tapi hati2 bung....salah kendaraan bisa juga kepleset membawa konsepsi bung ke arah neolib....
#izin pamit dulu hendak istirahat lelah "bermain" dihutan...dilanjut besok oke.....

Ken Ndaru: Makanya pencabutan subsidi itu harus disertai pengalihan anggaran untuk transportasi publik. Sebetulnya bung ada baca argumenku atau tidak? Ini sudah diulang untuk yang berapa kali?

"Tanggung jawab sosial Negara" itulah persis definisi ekonomi keynesian. Tujuan keynesian economics adalah full employment, secara ideal menginginkan kesejahteraan buruh agar mampu berkonsumsi dan memutar roda ekonomi. Di sini kuncinya: menyamakan kesejahteraan dengan tingkat konsumsi. Ini yang aku tolak dari konsepsi keynesian. Dan karenanya, aku juga menolak semua bentuk subsidi yang mengarah pada peningkatan konsumsi; bukan pada peningkatan kontrol rakyat pekerja atas sumberdaya.

Sederhananya gini deh. Pelajari ECOSOC, itu hak ekonomi dan sosial rakyat yang banyak dipengaruhi oleh negara2 sosialis. Di mana disebut "hak untuk mendapatkan harga murah" di sana? Layanan sosial, itu hak rakyat. Harga murah? Tak ada di sana.

Silakan istirahat. Tapi sekali lagi: kita HARUS punya konsepsi sendiri, jangan mengandalkan pada konsepsi orang... apalagi konsepsi liberal semacam keynesian. Oh ya, kita musti hati2... dan karenanya kita kudu punya konsepsi sendiri yang kuat. Kalau tidak, kita bisa terjebak: memperjuangkan subsidi keynesian mati2an karena mengira itu sosialis.

Ilyas Hussein: Bicara konsep Kawan Ken bisa lihat lagi diatas karena sudah di link sama teman saya. Masa perlu di linkkan lagi? Konsep di KPA adalah konsep kolektif dari mereka yang menolak berpihak dgn politiknya borjuasi itu. Kawan Ken bisa baca lagi disana. Sehingga gk asal nuduh Keynesian2xnan, kl saya jelas mereka yang tadinyan berlawan lalu akhirnya percaya politik borjuasi namanya ya kolaborasi kelas.

Hak rakyat adalah hak yang menjadi milik rakyat dan bisa akses dgn mudah, murah, tentu kualitas terhadap segala yang menjadi kebutuhan rakyat. Pendidikan, kesehatan, pangan, dll termasuk bahan bakar.Saya sih gk melihat bahwa kebijakan borjuasi dalam mencabut subsidi BBM selain beban APBN adalah hal yang tulus dalam upaya pembangun energi alternatif. Kembali saya minta lihat kondisi obyektifnya saja kelakuan kaum borjuasi itu. Jadi gk mistik. Tidak seperti menilai buah itu manis hanya dilihat dari kulit. Kondisi obyektifnya: 1. hampir sebagian besar sumber daya alam kita dibawah kekuasaan kaum modal 2.pasokan bbm kita dibeli lewat calo2x dari negara lain?Karena dalam pemerintahan borjuasi tidak pernah serius membagun pabrik olahan minyak memtah menjadi bahan bakar yang siap dipakai jadi pengolahannya dilakukan di luar negeri. Poin 1 dan 2 itu saja udah ngegambar wajar kl model begitu tentu akan membebani. Harga beli barang jadi tentu lebih mahal dari harga jual barang mentahnya. Tapi dikondisi itu apa laku pemerintahan borjuasi? Menyalahkan rakyat dengan menaikan harga dan mencabut subsidinya.Selain itu bukannya menasionalisasi tapi melepaskan yang lain2x kepada kekuasaan kaum2x modal. Hasilnya? Makin sedikit kekuasaan negara atas sumber daya alam itu.

Lalu mau bicara energi alternatif? Saya juga udah sebutkan salah satu contoh perkebunan kelapa sawit saja sebagai salah satu contoh sumber energi alternatif udah beralih ke corporasikan.Adakah kepemilikan negara? Inikan mengulang ketololan yang sama yag dilakukan borjuasi2x itu. Lalu masih percaya andaipun tercipta energi alternatif akan dapat diakses mudah dan murah oleh rakyat? Lebih tolol lagi kalau percaya. Itu masih bicara sumbernya ya, belum lagi melihat dalam membangun infrastrukturnya.
Mau contoh lain? Lihat Aqua, Ades, dll..!!.Siapakah yang berkuasa atas air?Jawabannya corporasi! Dimana negara?Ya lepas tangan atau tidak boleh ikut campur. Cocok seperti kemauannya tuan modal itu. Akhirnya negara hanya ngurus yang sifatnya administratif saja. Yah seperti lakunya jokowow yang populis hanya ditingkat administratif. Kl Wow yang atu lagi jelas setali 3 uang.

Sedikit jabaran ini apa masih nuduh saya penganut keynesian, atau tuduhan itu hanya untuk menutupi revisionisme yang sekarang dianut?

Ken Ndaru: Aku tidak menuduh soal keynesian itu. Definisi keynesian sudah aku paparkan di atas. Bahwa negara borjuasi tidak akan bisa menyejahterakan rakyat, itu adalah hal yang tak bisa dibantah. Sekarang... melihat semua kondisi objektif yang kamu paparkan panjang lebar itu.... berapa biaya yang kita butuhkan untuk membangun sumberdaya yang menjadi milik rakyat? Berapa biaya yang dibutuhkan untuk melatih rakyat untuk bisa mengolah dan memanajemeni sendiri sumberdayanya? Kamu sudah mengakui kalo pasokan BBM berada di tangan kartel kapitalis, kenapa masih bersikeras mau memberi subsidi, yang artinya mengalirkan uang ke tangan mereka?

BERAPA KALI HARUS AKU ULANG: pencabutan subsidi BBM HARUS disertai pembangunan transportasi publik dan subsidi bagi energi alternatif. Aku tidak akan mentolol-tololkan kamu, walau hal itu sangat menggoda, karena aku tahu, apa artinya jika dalam diskusi satu pihak mulai mentolol2kan pihak lain.

SEKALI LAGI: aku TIDAK TERIMA konsep "tanggung jawab negara" karena konsep ini mengandaikan negara sebagai badan yang mengatasi masyarakat. Konsepsiku adalah kedaulatan. Dan dalam bidang energi, itu berarti rakyat HARUS bisa menyandarkan diri pada sumber energi yang bisa mereka akses secara langsung tanpa perlu melalui kartel kapitalis. Maka, subsidi negara HARUS dialihkan dari subsidi untuk KONSUMSI, menjadi subsidi atas TEKNOLOGI--dan harus teknologi yang dapat diakses rakyat.

Sekarang, mengenai program2 KPA... maaf saja, program2 itu sama seperti program2 LSM radikal. Coba tunjuk, mana di antara program2 itu yang belum diangkat oleh LSM manapun di Indonesia. ICW, KP-Agraria, Kontras, WALHI... kalau sebuah "alternatif" ternyata hanya menawarkan apa yang sudah ditawarkan LSM, kenapa bukan pakai LSM saja sebagai alat politik? Atau memang KPA adalah kendaraan politik LSM?
Kemarin jam 3:48 · Suka

Ken Ndaru: Anyway... aku masih tunggu bukti bahwa Prabowo bukan fasis.

Muhammad Luniara Siregar: Aku setuju om Ken Ndaru, subsidi BBM harus dihapus dan uangnya untuk bangun public transport yang murah dan layak. Kalo capres Jokowi kan sudah terbukti aksinya bikin moda transportasi massal di solo dan jakarta, sudah jelaskan artinya siapa yg mendekati maunya om ndaru.

Ken Ndaru: Kalau yang maju Mega vs Prabowo, akan lebih susah menjelaskannya... tapi aku akan tetap menyerukan pilih Mega. Untuk menghadang Prabowo. Hanya jika ini duel tentara vs tentara (misal: Wiranto vs Prabowo), gak ada jalan selain bikin kerusuhan di jalanan.

Muhammad Luniara Siregar: Bener2 tersirat nih statement anda om ndaru! Walaupun dihadapkan 2 pilihan tapi tetep bangun energi alternatifnya kan ya.

Ken Ndaru: Itu sudah bukan tersirat lagi. Dan bangun partai bagi rakyat pekerja tetap adalah keharusan. Lu kudu gabung partai itu, sekarang, bantu persiapannya. Jangan tunggu partainya ada dan terbukti sukses, bantu biar sukses.

Ilyas Hussein: Begini aja lah Ken Ndaru, saya mau tanya konsepsi yang kamu utarakan itu mau kapan diterapin? Kamu percaya konsepsi itu bisa dijalankan dalam kekuasaan borjuasi atau jalan bareng kebijakan borjuasi dalam upaya pencabutan subsidi BBM? Padahal jelas2x kebijakan borjuasi itu adalah dalam rangka menjalankan liberalisasi di Indonesia dimana peran negara lama2x dihilangkan dan semua penentuan harga diserahkan sama sistem pasar. Bagi penganut neolib ini peran negara dianggap penghambat. Pencabutan subsidi BBM yang indikasinya akan menaikkan selain harga BBM itu sendiri juga akan melambungkan semua harga. Siapa yang paling menderita? Saya tanya saja sama kamu, kawan? Pengusahakah? Pengusaha mah ikut teriak doang (lebay aja mereka tu) TAPI yang paling teriak tu rakyatmu sendiri. Mereka makin dicekik disamping upah yang murah, pupuk yang mahal dll. Gk baca apa efek kenaikan itu banyak nelayan yang pindah pencarian karena gk bisa beli solar? Tambah mistik lagi bicara kedaulatan energi dimana saat ini saja sumber energi alternatifnya saja sudah dikuasi oleh kaum modal (udah saya jelaskan contoh diatas).Pemerintahan borjuasi ini hanya jadi makelar. Bagaimana bisa dipercaya rakyat akan mendapatkan akses murah untuk sumber alternatif itu nantinya? Masa gk ngelihat tipu2xnya borjuasi yang udah bertahun2x itu? Bagi saya tujuan untuk mengalihkan subsidi yang selalu diperdengarkan oleh kekuasaan borjuasi dan anteknya itu hanya akal2xlan saja. Ya klo saya mengatakan bahwa yang ngikut alur pikirnya kekuasaan borjuasi sebagai orang totol, ya tolollah. Apalagi mereka yang katanya khatam semua teori kiri tapi prakteknya merangkul kekuatan borjuasi sebagai kawan dalam perjuangannya (kolaborasi). Walau itu dianggap adalah pilihan stratag dan hak politik tetap saja hal yang tolol. Ya maaf saja kl tersinggung. Sejarah indonesia membuktikan bahwa bekerjasama dengan borjuasi hanyalah menghasilkan kerugian besar bagi gerakan rakyat dan itu sudah terbukti.

Ilyas Hussein: Soal KPA: memang masih sangat muda. Masih banyak proses dialektika yang harus ditempuh agar bisa menjadi kekuatan alternatif sesungguhnya. Tapi setidaknya sikap kolektif itu menunjukkan bahwa ada plihan lain selain masuk dalam elektoralnya kamu borjuasi. Sikap kolektif yang tegas dalam menentukan garis embarkasi yang jelas. Dan memandang perlunya membangun kekuatan politik alternatif menjadi suatu kebutuhan. Sikap kolektif itu penting dalam melawan! Kl memang dilihat ada kesamaan dengan program LSM, saya malah mau tanya ke kamu memang ada LSM yang tidak mengambil program yang sesuai dengan yang dihadapi rakyat? Konsepsi yang kamu utarakan itu juga bukan hal yang baru kawan. Saya sudah pernah baca dan dengar diutarakan oleh LSM2x? Apa juga bisa diartikan konsepsimu itu memang konsep LSM? aneh cara kamu menyimpulkan, kawan. Watak, sikap, cara pandang dan karakter perjuangan kawan2x di KPAlah yang membedakan dengan LSM2x itu. Disamping itu bukannya LSM2x itu kiblatnya kebanyakan ke Jokowow. Andai adapun sedikitlah yang ke Bowow? Walau ada juga yang abu2x. Tapi kalau KPA? Jelas sikapnya tidak berpihak ke borjuasi2x itu dan memilih membangun politik alternatif sebagai jawaban. Bukannya kolaborasi.

Faqih Al Fattah: Sistem Komando Yess

Ted Sprague: biasanya debat fb kaga akan kemana2. mungkin baik untuk perkenalan. artikel mengenai bahaya fasisme akan rampung segera.

Jeffri Siahaan: Kok plilhan Pilpresnya dianalisa sebagai memilih personal ya... Tanpa melibatkan kelompok & kepentingan dibelakangnya...

Ken Ndaru: Aku akan pastikan bahwa sejarah akan mencatat bahwa KPA adalah salah satu kekuatan "kiri" (setidaknya menyebut dirinya sendiri kiri) yang menyerukan untuk tidak berbuat apa2 ketika bahaya fasisme mengancam. Tidak ada seruan front anti fasis, tidak ada seruan perang jalanan melawanan kaum fasis secara langsung. Yang ada hanya kesibukan mencap semua orang yang bertarung melawan kemungkinan kembalinya fasisme sebagai "revisionis". Aku akan pastikan rekam jejak ini tak akan terlupakan.

Kunto Binawan: Kasus penyelundupan minyak belakangan ini menunjukkan siapa yang diuntungkan dg subsidi bbm. http://jakartagreater.com/penyelundupan-bbm-terbesar.../

Muhammad Luniara Siregar: Om ndaru ngomong2 apa buktinya kalo Prabowo itu fasis? Kan dia belum pernah pegang jabatan publik

Ken Ndaru: nah... ketauan ya... gak baca isi perdebatannya dari atas... baca lagi deh... plus tambahan, bahwa Prabowo adalah otak di balik aksi2 tandingan oleh preman berkedok Islam di tahun 1998, lewat Fadli Zon sebagai operatornya. http://linkis.com/www.minihub.org/siar/6BPyu. Ini memenuhi syarat "gerakan massa yang digalang borjuis kecil, berakar pada lumpen proletariat, dan dibiayai oleh elit borjuasi."

Oh, ya... satu lagi. Prabowo SUDAH berkali2 pegang jabatan publik. Memangnya panglima kopi pake susu bukan jabatan publik?

Editor: Ramches Merdeka - KPA

Copyright © 2014 KomitePolitikAlternatif Designed by Templateism.com IT CREATIVE MFiles

Theme images by konradlew. Powered by Blogger.