Memang berbatas
Kau mencari rumah pohon
Yang kau puja dengan haru agar bersanding dengan menara gading
Tak apa tak sepadan, kata kau
Karena. memang, demikian lah tiruan lokal
Di rumah pohon
kau, kalian, bisa membicarakan dunia, kemanusiaan dan persoalan-persoalannya
masa lalu Barat
yang sudah terpikir dan diuji di Barat
masa lalu Barat
yang sebelumnya tak terpikir dan belum diuji di sini
Dan kau, kalian, membicarakannya dengan kata-kata indah,
kata-kata elok nan muluk
Kau, kalian, memang sedang mencari kata-kata indah,
kata-kata elok nan muluk
di rumah pohon
hanya itu
Sedangkan persoalan dunia, persoalan kemanusiaan
tetap tak diuji
karenanya, tak ada persoalan dunia dan kemanusiaan
di rumah pohon
Jangan kau, kalian, katakan: tentang kemanusiaan
Kau, kalian, sedang berbicara: dunia dan manusia yang bisa dinikmati
di rumah pohon
gudang kata-kata indah,
gudang kata-kata elok nan muluk.
Kita memang berbatas,
kelas menengah
Sama berbatas dengan kelas bawah
yang meniru-niru kau, meniru-niru kalian
cukup banyak
Hingga menjadi persoalan kemanusiaan
bagi yang berjuang.
Rumah pohon
tempat anak-anak bermain rumah-rumahan
yang dibual-bualkan.
Diterbitkan di weblog ini karena telah dikirim dan ditulis oleh Daniel Indrakusuma di fanpage KomitePolitikAlternatif untuk disebarkan seluas mungkin