Pusat
Perjuangan Mahasiswa untuk Pembebasan Nasional (PEMBEBASAN)
Kontak Person: 081219457599 / 085696708285
Sikap Politik
Deklarasi Kebulatan Tekad PEMBEBASAN:
Tolak Pemilu Borjuis 2014, Lawan Militerisme, Bangun Partai Alternatif !
“Pemilu
Oo.. Pilu Pilu
Bila Hari Coblosan Tiba Nanti
Aku Tak Akan Pergi Kemana-Mana
Aku Ingin Di Rumah Saja
Mengisi Jambangan
Atau Mananak Nasi
Pemilu Oo.. Pilu Pilu
Nanti Akan Kuceritakan
Kepadamu
Apakah Jadi Penuh
Karung Beras
Minyak Tanah
Gula Atau Bumbu Masak…”
Bila Hari Coblosan Tiba Nanti
Aku Tak Akan Pergi Kemana-Mana
Aku Ingin Di Rumah Saja
Mengisi Jambangan
Atau Mananak Nasi
Pemilu Oo.. Pilu Pilu
Nanti Akan Kuceritakan
Kepadamu
Apakah Jadi Penuh
Karung Beras
Minyak Tanah
Gula Atau Bumbu Masak…”
(Cuplikan Puisi Wiji Thukul—Aktivis, korban
penculikan dan penghilangan oleh rezim militer Orde Baru)
Tahun 2014 ini menjadi sangat menentukan bagi
kehidupan politik Indonesia karena terdapat momentum pemilu legislatif dan
presiden, meski menentukan kehidupan politik, tetap saja tidak menentukan
perbaikan kehidupan rakyatnya. Makin hari, harapan dan ekspresi rakyat dalam
pemilu mengarah pada apatisme, semakin tahun semakin tinggi jumlahnya.
Pemilu
borjuis 2014: kontestasi para maling, pelanggar HAM, pro diskriminasi, anti
rakyat miskin, maka kami menolaknya
Narsisme politik begitu membosankan,
apalagi ditambahi omong kosong para capres, cawapres dan tokoh parpol yang beriklan
di televisi. Dari jaman dahulu selalu begitu, mencoba meyakinkan konstituen
dengan menjanjikan program yang abstrak, fiktif dan jangka pendek, bukan pada
program masa depan ekonomi-politiknya. Apalagi janjinya, siapapun itu, hanya
sebatas deklarasi omong kosong. Menjanjikan perubahan yang begitu mulia namun
tidak pernah menjelaskan bagaimana cara mencapai janji tersebut. Menjanjikan pendidikan
gratis, kemajuan bangsa, kemandirian, demokrasi, tapi dalam fakta sejarahnya,
para capres dan parpolnya sudah memberikan kontribusi besar adanya
komersialisasi pendidikan, korupsi, ketergantungan utang-investor, menggusur tanah
rakyat dan melanggar HAM. Celakanya lagi, peserta pemilu kini diisi oleh para
maling, partai korup, anti buruh, anti pendidikan gratis, mantan jenderal
pelanggar HAM, pembunuh, penculik aktivis, melecehkan perempuan, perampas tanah
rakyat, penjual kekayaan alam, perusak lingkungan, diskriminatif, kontra
revolusi. Dalam kasus-kasus tersebut, semua parpol terbukti secara hukum
terlibat.
Sistem
demokrasi prosedural = demokrasi ala kadarnya, melibatkan rakyat hanya ketika
pemilu; maka kami menolaknya
Benar, sudah ada pemilihan langsung, boleh
saja diapresiasi sebagai tahap kecil kemajuan, namun sebagai kemajuan, hal itu
akhirnya dibajak pula oleh elite politik. Selain persoalan rendahnya kapasitas
para caleg, sistem pemilu memberikan landasan bagi kami untuk menolak pemilu
kali ini. Secara procedural, tidak ada ruang yang leluasa untuk para konstituen
menarik kembali suaranya ketika legislator yang dipilih tidak amanah. Inilah
demokrasi parlementer yang prosedural, mengemis ketika kampanye, kemudian memangkas
suara mayoritas setelah terpilih. Jalur demokrasinya (yang sekedar prosedural-pun)
dicabut kembali.
Karena mereka semua patuh pada kapitalisme,
maka kami menolaknya
Ketergantungan investasi & utang, tak
punya kemandirian politik, pro privatisasi. Itulah yang melekat pada semua karakter
kontestan pemilu 2014. Sehingga, tidak ada yang sanggup meloloskan diri dari
syarat-syarat ekonomi-politiknya para kapitalis. Jadi, siapapun nanti yang
terpilih sebagai legislator dan presiden, tetap menjadi kolaborator ulung dari
investasi dan kapitalisme.
Hal di atas merupakan ekspresi dari rendahnya
kepentingan para elite politik terhadap kemajuan bangsa. Mana mungkin bicara
soal kemandirian bangsa tapi membuat aturan liberalisasi sumber daya alam. Mana
mungkin bicara demokrasi tapi menolak perbedaan ideologi. Tidak mungkin bicara
kemakmuran bangsa jika menumpuk utang.
Kemanangan golput meningkat sejak pemilu
legislatif tahun 1999, sebesar 6,3 persen, pada Pemilu 2004 menjadi sekitar 16 persen,
dan pada Pemilu 2009 meningkat lagi menjadi 29,1 persen. Pemilu kali ini
diikuti oleh 187, 8 juta pemilih.
Tidak ada yang baik dalam pemilu ini, yang
baik adalah membangun partai alternatif
Makin sadar rakyat, makin mengerti
bahwa pemilu menipu.
Berkat perilaku kotor parpol dan politisinya,
kini, makin hari politik makin mengemuka di hadapan rakyat sebagai sebuah hal
yang penuh dengan kerusakan moral, kriminal dan tipu daya. Korup, licik, kotor,
haus kekuasaan, kepentingan golongan. Praktik busuk tersebut mempengaruhi
rakyat untuk menjauhi yang namanya politik, meski, politik (dalam makna
parlementarian) bisa dimanfaatkan untuk memperjuangkan kekuasaan rakyat miskin,
dengan catatan rakyat harus membangun partai politik sendiri, melepaskan diri
dari partainya kaum borjuis. Maka kemudian, jadilah kesadaran rakyat menguat
jadi apatis, ekspresi politiknya adalah Golput. Sangat bisa dimaklumi, sehingga
harus ada partai alternatifnya sebagai alat perjuangan yang ideologis, yang
beroposisi terhadap kapitalisme yaitu pembebasan nasional menuju sosialisme.
Partai alternative bagi kami adalah metode
untuk melapangkan jalan menuju kemenangan rakyat dalam memperjuangkan hak
paling mendasarnya. Partai yang harus dibangun oleh rakyat adalah kata lain
dari komunitas ideologis yang memiliki perspektif melawan kapitalisme penyebab
globalisasi penindasan.
Rakyat yang revolusioner, harus memprakarsai
pembangunannya, para pekerja, mahasiswa, aktivis pembebasan perempuan, kaum
taninya, budayawannya. Solidaritas antar sector rakyat menjadi kunci penting
dalam memberi landas pijak alat politik alternatifnya berupa partai alternative
yang mendasarkan dirinya pada perjuangan pembebasan nasional mengusir
kapitalisme dan agennya di dalam negeri.
Dalam kenyataannya, kita tidak bisa
menggantungkan perubahan pada partai dan elite politik borjuis yang, dalam
sejarahnya, tak pernah konsisten membela perjuangan rakyat, maka kita
membutuhkan prinsip kemandirian politik, pemerintahan alternative di luar
syarat-syarat kapitalisme. Oleh karena itu, membangun gerakan alternative untuk
pembebasan nasional adalah syarat bagi perubahan yang paling mendasar untuk
merebut kekuasaan Negara dari tangan kapitalisme.
Persoalan
Kesejahteraan Adalah Persoalan Seluruh Rakyat
Jika kita mengurai permasalahan, maka akan
muncul kesimpulan bahwa, persoalan rakyat tidak hanya ada dalam pemilu,
terdapat juga persoalan mendasar yaitu, demokrasi, kesejahteraan dan penegakan
hukum. Di segala lini dan segala sisi kehidupan, kita diperhadapkan dengan
problem kesejahteraan dan demokrasi. Buruhnya dibayar murah, kampus mahal,
rakyat Papua dibantai, anti toleransi antar agama, dan aliran agama, anti
perbedaan ideologi (pelarangan Marxisme-Leninisme), PKL digusur. Itulah yang
sering kita lihat dalam kenyataan sekarang. Sedangkan ketimpangan terus
berlangsung, kaya-miskin makin senjang.
Sementara, Negara makin terus mengkondisikan
penindasan dengan membuat banyak sekali UU anti demokrasi seperti UU Intelijen,
UU Penanggulangan Konflik Sosial (PKS), UU Keamanan Nasional, UU Ormas. Dimana
UU tersebut memiliki dampak menghambat rakyat dalam menuntut kesejahteraan. Secara
umum, nafas UU tersebut memuat makna dominan untuk membatasi HAM ketimbang
mendorong kewajiban negara melindungi dan memberikan jaminan keamanan termasuk
melindungi HAM. Selain itu, konflik yang terjadi banyak juga diakibatkan karena
hak rakyat diambil alih paksa/diserobot oleh negara. Dengan adanya UU tersebut,
rakyatlah yang sering kali ditimpakan/dianggap memicu konflik karena reaksinya
(mempertahankan tanah/haknya), sehingga rakyatlah yang menjadi objek untuk
dikenakan UU tersebut.
Dengan Persatuan
Rakyat, Mari Lancarkan Perlawanan, Menggelorakan Perjuangan
Jika rakyat miskin tidak bersatu, yang akan
memenangkan pertarungan adalah para penindas. Kemajuan perjuangan dan metode
perlawanan tidak bisa kita batasi, kita harus mendukung segala perlawanan
rakyat dalam membela kehidupannya. Tugas mendesak kita adalah segera membangun
struktur perlawanan di pabrik, di kampus, mengorganisasikan petani, buruh,
mahasiswa.
Dari situasi di atas, maka secara nasional,
dengan penuh keyakinan kami nyatakan
DEKLARASI KEBULATAN TEKAD PEMBEBASAN: TOLAK PEMILU BORJUIS 2014, LAWAN MILITERISME, BANGUN
PARTAI ALTERNATIF !!
Terimakasih
Salam juang, terus berkobar!
Yogyakarta, 20
Maret 2014
Ketua
Umum
Arie
Nasrullah Lamondjong, SIP
Sekretaris
Jenderal
Sutrisno
Bandu