Kemenangan Morales, ibarat kemenangan negara-negara lain di sebagian kawasan Amerika Latin. Kala itu, arah politik beberapa negara di Amerika Latin makin berkiblat ke “kiri”, di antaranya Venezuela, Brasilia, Argentina, Uruguay, Ekuador, serta Chile.
Itu sangat berarti bagi Fidel Castro, pemimpin Kuba. Makin banyak kawan seiring melawan determinasi Barat, dalam hal ini imperialis AS yang telah mencengkeram Kuba selama berpuluh tahun. AS dalam upayanya menghancurkan pemerintahan revolusioner Fidel Castro, agaknya akan semakin menemui jalan terjal dengan munculnya Morales.
Perlu diingat, bahwa Bolivia --selain Kuba-- pernah dijadikan basis permulaan oleh Che Guevara pada penghujung 1966, dalam usahanya menyebarkan revolusi di negara-negara Amerika Latin. Che bergerilya di wilayah pedesaan dan pegunungan Bolivia.
Perjuangan Che terhenti, justru oleh tentara Bolivia meski lewat dukungan CIA. Che tewas dieksekusi oleh Letnan Mario Teran, tentara Bolivia, di sebuah ruang sekolah yang lembab dan rusak di La Higuera, tidak jauh dari kota Vallegrande. Sekarang, jejak perjuangan Che, diteruskan oleh pemimpin Bolivia dari suku Indian pertama, Evo Morales.
Kemenangan Morales juga merupakan kemenangan suku Indian, tidak hanya di Bolivia, tetapi di seluruh belahan Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Amerika Latin. Sekaligus juga kebangkitan harga diri suku-suku Indian yang sudah beratus tahun diinjak-injak dan dihinakan oleh kulit putih.
Kemenangan Morales dalam pemilu, agaknya juga bukan kemenangan biasa. Hampir 54 persen mayoritas suara. Sejak 1982, semenjak Bolivia masuk ke alam demokrasi, belum pernah ada ada presiden terpilih dengan persentase sebesar itu.
Dengan demikian, banyak pihak memandang, kemenangan Morales betul-betul legitimed. Di samping itu, fakta yang berkembang, popularitas Morales cukup tinggi, melampaui pemimpin-pemimpin Bolivia sebelumnya.
Melawan Kapitalisme
Morales, berasal dari keluarga petani miskin suku Indian Aymara. Sedari kecil, hidup dalam kungkungan kemiskinan di wilayah pegunungan Orinuca. Beranjak remaja, ia ikut bapaknya menjadi pekerja migran di Argentina. Sesudah dewasa, menjadi pemain terompet di sebuah kelompok musik bar.
Ketika di Bolivia muncul gerakan sosial petani koka, Morales terlibat di dalamnya. Agaknya dalam gerakan petani koka itu, menjadi embrio semangat perlawanan Morales melawan segala bentuk kesewenang-wenangan.
Adalah partai bernama Movimiento Al Socialismo, disingkat MAS, partai yang dipimpin oleh Evo Morales yang mendorong gerakan sosial petani koka itu menjadi gerakan politik.
Dalam perkembangannya, MAS menjelma menjadi kekuatan melawan kesewenang-wenangan oleh perusahaan-perusahaan multinasional dan trans-nasional. Mengkritik praktik-praktik neoliberalisme dan globalisasi oleh IMF, World Bank, dan WTO.
Morales juga mengkritisi tentang pentingnya Bolivia mengontrol sumber daya energi dan gas bumi yang merupakan cadangan terbesar di belahan Amerika Latin.
Sepak-terjang Morales kuat sekali nuansa anti-Amerika. Oleh karena itu, Washington menganggap Morales adalah ganjalan bagi kepentingan AS di wilayah itu.
Akan tetapi Morales berkelit atas tudingan AS. Bahwasanya dia tidak membenci Amerika. Tapi dia membenci kapitalisme. Sejarah pendudukan Spanyol di banyak negara Amerika Latin membuktikan, penjarahan besar-besaran terjadi atas kekayaan alam terutama timah. Hal inilah yang mendasari pemikiran Morales.
Morales Sekutu Dekat Fidel Castro
Usai memenangi pemilu, oleh Kantor Berita Al-Jazeera Net (31/12/2005) dikabarkan, “Evo Morales yang berhaluan sosialis telah disambut sebagai pahlawan di Havana. Pemerintah Kuba menyambut pemilihan Evo Morales sebagai kemenangan penting atas pengaruh AS di kawasan ini. Fidel Castro mengatakan: “I think that it has moved the world. It’s something extraordinary, something historic. The map is changing”.
Apa yang diungkapkan oleh Fidel Castro adalah, dia menganggap bahwa kemenangan Morales adalah kejadian yang menggerakkan dunia. Itu adalah suatu hal yang luar biasa. Sesuatu yang bersejarah. Castro bahkan mengumpamakan bahwa “peta bumi telah berubah”.
Apa yang dikatakan pemimpin Kuba itu benar. Adapun banyak kalangan menilai, kemenangan Morales dalam pemilu merupakan perkembangan politik yang sangat penting bagi negara-negara kawasan Amerika Latin. Sebab pandangan politik seperti Morales, sosialisme, biasanya sangat anti-kapitalisme.
Dengan demikian, dengan sendirinya tokoh pemimpin negara lain yang dekat dengan ideologi Morales, menyambut hangat. Di antaranya, Presiden Venezuela Hugo Chavez, Presiden Brasilia Lula, Presiden Argentina Nesto Kirchner, dan Presiden Chile Michelle Bachelet.
Berkumpulnya pemimpin-pemimpin negara Amerika Latin itulah yang barangkali dimaksudkan oleh Castro, “The map is changing”, peta bumi telah berubah.
Peta perubahan yang bisa berubah menjadi segelundungan bola salju yang makin lama makin membesar hingga menabrak keangkuhan kapitalisme, neo-liberalisme, dan globalisasi.
Sedangkan bagi Morales, pemimpin Kuba Fidel Castro adalah sosok yang sangat dikaguminya. Bahkan Morales mempunyai nama panggilan khusus bagi Castro, “El Comandante”.
Yang unik dari Morales, adalah pakaian yang dikenakannya ketika melawat ke berbagai negara, yaitu jaket kulit atau pakaian yang dibuat dari alpaca (bahan pakaian tradisional Indian). Ada yang menganggap gaya berpakaiannya kurang menghormati aspek-aspek protokoler kepala negara.
Tapi ada yang lebih penting daripada itu. Morales bahkan tidak pernah mengambil gajinya sebagai presiden. Ia ingin hidup sederhana sebagaimana kebanyakan rakyat Bolivia dewasa ini. Satu hal yang sangat patut dicontoh oleh pemimpin negara kita, Indonesia.